Riset Lahan Gambut

Bagikan

Di antara tipe lahan suboptimal, lahan gambut merupakan yang sering terekspos, namun juga paling disalahpahami. Meski memiliki fungsi ekosistem yang sangat besar, kondisi lahan gambut di Bumi kita dalam bahaya karena praktik yang tidak berkelanjutan. Sekarang saatnya bertindak untuk perubahan.

Peatland Research - Fact1

Gambut ada di 3% tanah dunia namun menyimpan 18% karbon daratan

Peatland Research - Fact2

40% lahan gambut tropis rusak karena pengeringan

Peatland Research - Fact3

Karakter gambut yang seperti spons menjadikan 90% bagiannya adalah air

Tantangan

‘Pertanian di lahan gambut’ sering dikaitkan dengan praktik tidak berkelanjutan yang mengakibatkan emisi karbon tinggi dan memperburuk perubahan iklim. Penyebab utama dari ancaman ini adalah praktek drainase dan pembakaran di pertanian lahan gambut, yang menyebabkan tingginya laju subsidensi dan risiko kebakaran.

Faktanya, penelitian dan studi telah dilakukan di seluruh dunia untuk mengidentifikasi cara-cara pertanian lahan gambut berkelanjutan. Prinsip utama pemanfaatan lahan gambut yang berkelanjutan adalah mengelola sumber daya air, tanpa mengeringkan. Setelah pengelolaan air mendukung pertanian, maka harus didukung oleh pengelolaan tanah dan varietas adaptif. Penelitian kami di lahan gambut bertujuan untuk mengumpulkan bukti keberlanjutannya dan untuk terus meningkatkan praktiknya.

Kami percaya bahwa pertanian berkelanjutan di lahan gambut dapat meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam jangka panjang, kami akan memfasilitasi perubahan kebijakan untuk mengakomodasi produksi pangan di lahan suboptimal dan memperbaiki masalah ketahanan pangan.

KolaborAKSI

Kolaborator utama kami saat ini adalah para pemangku kepentingan di kawasan gambut di Pulau Burung. Kajian saat ini meliputi pengukuran neraca karbon dan penilaian produksi tanaman pangan di dalam areal perkebunan perusahaan lokal dan petani kecil.

Sepetak lokasi multiple cropping dipasang di sekitar areal kantor PT RSUP, yang dikenal dengan Kilometer 9 (KM9). Sampai saat ini, banyak tanaman pangan seperti buah naga, lidah buaya, bawang merah, dan kopi tumbuh subur dalam proyek skala kecil ini. Kami mengamati situasi serupa di pekarangan rumah banyak petani kecil. Kami berencana untuk memfasilitasi penelitian lebih lanjut dan meningkatkan tanaman Indonesia yang lebih penting termasuk beras, jagung, singkong, dan kacang kedelai.