© REUTERS

Riau seringkali mengalami kebakaran hutan dan lahan karena tingginya konsentrasi gambut di Provinsi tersebut. Gambut kering sudah seperti bensin bagi api, amat mudah terbakar. Meski demikian, di kampung kecil di Dosan, Kabupaten Siak, tercatat tidak pernah lagi mengalami kebakaran sejak 2012 meski dikelilingi oleh perkebunan sawit yang ditanam di lahan gambut.

Di tahun 2003, pemerintah daerah mulai menjalankan program pengentasan kemiskinan dengan memberikan tiga hektar lahan gambut pada petani kecil—termasuk yang ada di Kampung Dosan—untuk menanam sawit. Setelah menerima lahan tersebut, para petani pun mengeringkan tananhnya agar menjadi lebih produktif dengan membuat labirin kanal-kanal. Dan kemudian, gambutnya pun mulai terbakar.

Enam tahun kemudian, setelah kebakaran yang cukup parah melanda sebelas hektar lahan di sekitar Dosan, Koperasi Bungo Tanjung yang didirikan oleh petani setempat meluncurkan program untuk melindungi gambut, mencegah kebakaran, dan mempraktikkan cara bercocok tanam yang lebih baik.  Yang paling penting, di program itu juga disosialisasikan tentang teknik penutupan kanal. “Kami membangun tanggul untuk menjaga level air stabil minimal 30 cm. Di level ini, sawit dapat tumbuh namun tanahnya cukup lembab untuk mencegah kebakaran,” jelas Pak Dahlan, seorang petani senior di kampung tersebut. Meski pembangunan tanggul merupakan hal yang relatif sederhana, namun biaya yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp 20 juta per unit cukup menghambat program ini untuk dikembangkan. “Masyarakat yang membiayai tanggulnya,” kata Dahlan. Ia menambahkan kampungnya berusaha mengumpulkan uang untuk membuat lebih banyak tanggul dari 13 menjadi 25 unit. Sebagai bagian dari upaya pencarian dana, koperasi mengadakan festival dan perkumpulan di mana mereka dapat meminta donasi.

Selain tanggul, petani Dosan juga membuat kesepakatan bersama untuk menghentikan metode tebang-dan-bakar. Teknik ini sering digunakan petani untuk meratakan hutan dengan cepat dan murah meski sangat berpotensi menyebabkan api yang tak terkendali. Terakhir, penduduk kampung juga membentuk Masyarakat Peduli Api yang didanai oleh pemerintah dan United Nations Environment Programme (UNEP) untuk berpatroli selama beberapa kali dalam sehari.  Di tahun 2016, sudah ada beberapa lembaga seperti WALHI Riau dan UNDP yang turut mengembangkan metode tersebut. Total ada 58 sekat kanal yang sudah dibangun, tidak hanya di kampong Dosan, tetapi juga di Tebing Tinggi Timur, Bungga Raya, Pusako, Jati Baru dan Temusai. Ini merupakan bentuk apresiasi terhadap inisiatif masyarakat memulihkan gambut agar kembali basah dan mampu mencegah kebakaran hutan.

Sumber: [1] [2]